Haruskah berbuka dengan yang manis?

Haruskah berbuka dengan yang manis?

Di bulan Ramadhan ini sering denger ayo “berbukalah dengan yang manis”.

Nah ini benar, atau sekedar mitos?
Apakah ini baik untuk tubuh? atau malah sebaliknya?
Bagaimana sunnahnya?

Yuk kita bahas beberapa hal diatas agar semakin jelas agar kita dapat mendapatkan manfaat lengkap dari ibadah puasa di bulan Ramadhan ini.

Mulai dari kebiasaan, budaya sampai iklan

Kenapa makanan manis identik menjadi takjil berbuka? saya belum bisa membahas tentang sejarahnya, tapi siapa yang tidak kenal dengan jingle minuman kemasan : “berbukalah dengan yang manis”. Atau kita lihat berbagai jenis makanan untuk ta’jil atau iftar berupa minuman / makanan yang manis seperti es buah, sirup, es cendol, dan banyak lagi pilihan yang di jajakan menjelang berbuka selama bulan Ramadhan.

Sekarang coba kita pelajari tentang hadist berbuka puasa. “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan kurma kering, jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air.” (HR. Ahmad, Abu Dawud)

Intinya adalah berbuka dengan kurma (basah ataupun kering) atau satu tegukan air, tidak ada hadis yang secara khusus menerangkan tentang berbuka dengan makanan atau minuman yang manis. Entahlah bagaimana kini banyak orang jadi percaya berbuka harus dengan makanan atau minuman yang manis.

Tentu ini sangat terkait dengan ilmu nutrisi modern yang menganggap gula / glukosa-lah satu-satunya bahan bakar untuk tubuh manusia. Sehingga mengasup makanan manis ketika berbuka menjadi wajib. Bahkan sering kali, berbuka kita menjadi berlebihan dalam konsumsi gula dan karbo olahan.

Tentu berpuasa memiliki efek menurunkan cairan, dan elektrolit dalam tubuh. Terkait gula darah bisa jadi menurun, tetapi untuk orang normal, rasanya tidak akan sampai dibawah batas normal 80-100 mg/dL. Dan secara alamiah tubuh sendiri sebenarnya bisa menghasilkan glukosa dalam tubuhnya sendiri atau yang dikenal dengan istilah glukoneogenesis (silahkan baca detailnya di buku Ketogenic Gaya Hidup Revolusioner).

Apa yang terjadi ketika berbuka puasa dengan yang manis?

Tentu bagi orang-orang yang memiliki kecenderungan gula tinggi / pre diabetes (diatas 120 mg/dl), berpuasa umumnya terasa lebih berat karena ada rasa “ngidam” akan glukosa, sehingga merasa memerlukan mengasup gula ketika berbuka. Padahal efek puasa bisa menjadikan gula darah normal itu sangat bermanfaat dan mengatasi kasus pre-diabetes-nya.

Sayang banyak orang yang tidak peduli mengukur gula darahnya karena dianggap tidak masalah. Padahal ini bisa memicu keparahan yang lebih tinggi jika tidak segera ditangani.

Bagi orang yang normal ataupun sudah menjalankan pola rendah karbo sehingga gula darahnya relatif stabil, dan mampu secara efisien menggunakan keton, tidak akan merasa craving berlebihan ketika berpuasa. 1 butir kurma sudah mencukupi dan menjaga agar asupan gula tidak berlebihan, lalu mengkonsumsi air untuk mengembalikan hidrasi dan cairan tubuh.

Apa efek samping jika mengasup gula berlebihan ketika berbuka?

Sayangnya, karena mitos berbuka dengan yang manis, banyak orang menyantap makanan minuman manis berlebihan ketika berbuka. Mulai minumannya, ada juga snack-2nya yang kaya akan tepung dan karbohidrat sederhana. Hal ini akan melonjakkan kadar gula darah dengan cepat yang tidak sehat. Hal ini juga membuat tubuh cepat merasa lapar dan akhirnya memicu makan berlebihan.

Bagi orang-orang yang obesitas, prediabetes, maupun sudah diabetes, terkait menu berbuka perlu diperhatikan dengan serius. Konsumsi makanan manis harus tetap dibatasi dan tidak boleh berlebihan.

Bagaimana cara berbuka agar tidak gendut?

Tuntunan berbuka dari Nabi Muhammad SAW sudah sangat baik. Kurma segar atau murni mengandung karbohidrat kompleks, yang cukup untuk mengembalikan energi ketika berpuasa. Jika tidak ada kurma, air putih juga pilihan yang baik. Setelah membatalkan puasa, lanjutkan dengan doa berbuka puasa, lalu sholat magrib.

Beberapa menu rendah karbo lain untuk berbuka bisa juga berbuka dengan kelapa muda, buah-buahan, atau kolang-kaling, namun jangan ditambahi sirup atau pemanis lain agar kita bisa menjaga gula darah tetap stabil.

Apa boleh makan rendah karbo tinggi lemak ketika berbuka?

Setelah membatalkan puasa dan sholat magrib, saat makan berbuka. Ada beberapa orang yang menyarakan menghindari makanan berlemak seperti santan. Apa benar seperti itu?

Seperti kita ketahui, santan kandungannya adalah mirip dengan Air susu ibu yaitu lemak rantai menengah (MCFA) yang cepat diubah menjadi energi keton. Sehingga asumsi santan itu lama dicerna tentu tidak benar.

Jika memerlukan energi instant yang lebih tinggi 1 sendok makan VCO ataupun MCT juga sangat membantu lho.

Dari pengalaman penulis dan testimoni banyak orang yang sudah menjalankan pola ketogenic, dengan mengasup rendah karbo menjadikan tubuh lebih segar. Ketika di pagi hari pun aktivitas bisa berjalan dengan baik, tidak terasa lesu dan lemas. Energinya terasa lebih tinggi dibandingkan kalau makan tinggi karbo.

Ketika berbuka dengan menu rendah karbo, terasa juga cepat kenyang dan penuh energi. Sehingga ketika berpuasa bisa menjalankan banyak ibadah dan amalan sunnah dengan banyak karena berenergi.

Tentu informasi tentang keton serta pola makan rendah karbo ini masih terbatas, sehingga banyak orang yang belum sepenuhnya memahami. Tubuh memang menggunakan glukosa sebagai energi, tetapi tubuh juga memiliki kemampuan menggunakan keton sebagai energi juga.

Manfaat pola rendah karbo ketika puasa

Cukup banyak mitos-mitos dan keyakinan tentag pola makan ketika berpuasa. Misal kalau sahur harus makan banyak biar gak lemes, atau berbuka yang manis. Tentu dengan mempelajari nutrisi dan pola makan yang terkini, kita bisa melihat pola makan rendah karbo ataupun ketogeni akan banyak mengoptimalkan puasa kita.

Apa saja manfaatnya?
– Simple ketika sahur maupun berbuka
– Menjaga gula darah tetap stabil
– Tetap berenergi di pagi, siang, dan sore hari
– Berbuka tidak craving
– Tidak mengantuk dan lemes setelah berbuka puasa

Kelebihan gula / tinggi karbo ketika berbuka bisa berdampak meningkatkan gula darah dan insulin setelah makan. Jika sudah begitu, alih-alih badan segar, kamu justru akan merasa lemas dan ngantuk setelah berbuka puasa, akibatnya sholat tarawih dan ibadah lainnya jadi malas.

Bahkan jika tidak memperbaiki pola makan, justru akan berujung pada kenaikan berat badan setelah bulan Ramadhan. Padahal jika dilakukan dengan pola makan yang baik dan benar, berpuasa cukup efektif dalam menurunkan berat badan dan meningkatkan level kesehatan kita.

[su_note note_color=”#ffcc01″]

 

Mau tahu cara pola makan langsing sehat???

100% privacy. Kami benci spam. Ketika Anda subscribe, kami akan update info secara rutin by sendfox

[/su_note]

Puasa Ramadhan dan Ketogenic

Puasa Ramadhan dan Ketogenic

Ramadhan adalah waktu dimana umat Islam di seluruh dunia puasa selama sebulan penuh. Puasa di bulan Ramadhan dilakukan dengan tidak makan dan minum pada jam siang hari. Dari beberapa istilah di ketogenic adalah dry fasting. Di malam hari juga dilakukan ibadah tambahan sholat tarawih ataupun tadarus Al Qur’an untuk mendekatkan diri kepada Allah. Di masa ini juga merupakan waktu dimana keluarga dan kerabat berkumpul untuk silaturahim.

Nah, sebenarnya mirip dengan pola diet ketogenic, dimana puasa juga akan memicu kondisi metabolisme seseorang menuju ketosis. Walau banyak orang mengenal diet ketogeni sebagai terapi untuk kejang pada terapi autis, kini banyak digunakan juga untuk berbagai keperluan.

Nah banyak pasti pertanyaan Anda, Bagaimana menjalankan diet ketogenic selama ramadhan?

Pada beberapa hari pertama bulan Ramadan, mungkin Anda akan merasa khawatir tentang kelaparan atau kehausan. Tapi bertahap tubuh akan beradaptasi dan terbiasa bebas dari makan dan minum. Apalagi kalau Anda sudah terbiasa puasa sunnah, atau menjalankan day fasting, atau dry fasting, puasa dengan metabolisme ketogenic ini akan terasa lebih ringan dan berenergi termasuk hingga sholat tarawih.

Bulan Ramadhan sebenarnya merupakan waktu yang cocok bagi Anda yang selama ini merasa susah diet, merasa obesitas, diet yoyo, dan serupa hal tersebut. Anda bisa mulai berexperimen untuk memulai diet ketogenic ini lho… Apalagi jika Anda berharap penampilan baru yang lebih segar dan lebih muda ketika datang idul fitri.

Tantangan utama ketika mengikuti diet ketogenik di bulan ramadhan adalah bagaimana bisa tetap membatasi asupan 10-50g karbohidrat dalam sehari, tergantung fase yang dijalani. Tetapi, perlu dipastikan juga konsumsi lemak yang cukup, karena kita mengarahkan tubuh berpindah dari sumber tenaga utama glukosa ke keton (lemak). Jika lemak yang dikonsumsi kurang dari keperluan kalori badan, dikhawatirkan badan akan memanfaatkan otot sebagai sumber tenaga.

Jadi ketika mayoritas Muslim membuka puasa mereka atau istilahnya ta’jil dengan makanan yang manis, kue-kue, dan hidangan manis, ketika menjalani diet keto akan memilih membuka puasa dengan air putih, vico, buah alpukat atau stroberi dan yoghurt berukuran kecil!

Meski begitu, sudah banyak orang yang merasakan manfaat dari diet ketogenic dan ketofastosis. “Celana jauh lebih longgar dan saya juga merasa sehat secara mental. Tidur yang berkualitas dan jauh dari stres”

Bagi banyak orang yang sudah menjalani pola hidup ketogenic, Ramadhan akan membuat puasa terasa sedikit lebih mudah, karena pelaku ketogenic sudah terbiasa dan mempersiapkan pola pikir untuk membatasi makanan.

Pengaturan menu sahur dan berbuka “ala ketogenic” sebenarnya relatif mudah bagi orang Indonesia kok. Berbagai menu dengan bahan dasar santan, ikan, daging, dan telur bisa diolah menjadi berbagai menu makanan. Fokus hindari makanan dengan karbohidrat dan gula tinggi.

Coba simak juga penjelasan dari buku Fasting a great medicine. Thanks infonya buat mba Dheita Ayu.

Rumusan Fisiologi Puasa

Fase 1 – Hari 1-2
Gula dalam badan menurun. Jantung berdegup perlahan.
Glikogen ditarik keluar dari otot dan menjadikan otot berasa lemah.
Efek sampingnya adalah pusing, mual, lapar dan mulut berbau khas (keton).

Fase 2 – Hari 3-7
Lemak mulai dipecahkan bertujuan menghasilkan tenaga. Berlakunya tindakan kimia dari gliceride ke glicerol berubah menjadi glukosa. Fase ini juga berlangsungnya proses detoksifikasi. Menyebabkan badan dan kulit menjadi berminyak.
Selain itu organ detoks seperti paru-paru masih belum terbiasa.
Pada fase ini juga aktivit sel darah putih meningkat sekaligus meningkatkan sistem antibodi.

Fase 3 – Hari 8-15
Proses ditoksifikasi berlangsung dgn sel-sel mati dan rusak mulai di keluarkan.
Proses penyembuhan lebih mudah pada saat ini, malah penyakit lama juga diperbaiki. Mungkin berlaku rasa sakit pada fase ini. Pada fase ini juga tenaga meningkat dan pikiran menjadi lebih jelas.

Fase 4 – Hari 16-30
Badan mula terbiasa dgn puasa.
Proses pemulihan masih berlaku, hasilnya pernafasan menjadi lebih baik dan kwalitas darah meningkat.

Coba Download Panduan Special Ramadhan.

TIPS : Pastikan juga konsumsi air yang cukup ketika sahur dan berbuka. Tambahkan asupan garam dan kaldu untuk menjaga kadar mineral dalam tubuh.

[su_note note_color=”#ffcc01″ ]

Ya, kirim info terbaru tentang diet…

100% privacy. Kami benci spam. Ketika Anda subscribe, kami akan update info secara rutin by sendfox

[/su_note]

Continue in browser
To install tap Add to Home Screen
Add to Home Screen
foodketo.com
Get our web app. It won't take up space on your phone.
Install
Add foodketo.com to Home Screen
Close

For an optimized experience on mobile, add foodketo.com shortcut to your mobile device's home screen

1) Press the share button on your browser's menu bar
2) Press 'Add to Home Screen'.
foodketo.com We would like to show you notifications for the latest news and updates.
Dismiss
Allow Notifications